Tampilkan postingan dengan label Bandung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bandung. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Oktober 2010

SKCK

Alhamdulillah, tidak ribet. Ternyata sistem administrasi di negara kita pelan-pelan membaik. Mudah-mudahan selalu begitu, dan lebih membaik. It's the bright side of Indonesia
Mengurus SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian), ternyata mudah. Kalau di rumah saya daerah Isola Bandung, satu hari dengan santai sepertinya bisa beres. Biar ga bolak-balik, pakai jalur yang benar gini:

  1. Ketemuan dulu sama Pa/Bu RW, minta permohonan surat SKKB (surat Keterangan KElakuan Baik), dengan suatu alasan keperluan (misal: untuk melamar CPNS), bawa photo copy KTP.. Pak RW mengetik 5 menit jadi tuh surat
  2. Ke kantor Kelurahan: minta surat keterangan tentang permohonan SKKB juga, ke tingkat Kecamatan... tak tik tuk... 5 menit beres... pake mesin tik loh
  3. Ke kantor Kecamatan, ke bagian KTP/SKKB, minta surat SKKB, disitu biasanya diminta Pas Photo hitam putih 4x6 2 buah,dan photo copy KTP. 1 untuk dokumentasi, 1 untuk ditempel diatas SKKB. (untuk SKKB, sebetulnya sampai tahap ini sudah selesai).. sama.. dengan mesin tik juga beres 5 menitan,
  4. Bila perlu SKCK, datang ke Polres, mintakan SKCK dengan bawa SKKB dari kecamatan, pas photo hitam putih 4x6 2 buah, photo copy KTP, dan biaya Rp. 10.000 (harga ini resmi, dan ada peraturannya).. taktik tuk 5 menit jadi. Biasanya diminta sidik jari juga. coba klik inih
  5. Pergunankan SKCK sebaik-baiknya, 3 bulan expired.


Datanginya ke kantor-kantor domisilinya tapi ya!

Pembuatan surat-surat itu mungkin butuh waktu 5 menitan, kecuali kalau lagi pick-picknya (misal: kalau sedang musim penerimaan kerja yang membutuhkan SKKB/SKCK). Kalau lagi pick, tetep ya budayakan antri. Antri itu mengasyikan loh, supaya tidak boring, bawa buku bacaan yang disukai, atau bawa teman untuk ngobrol. Sekarang saatnya percayakan pada aparat, kalo aparatnya nakal, laporkan sajah (tapi kadang jadi males ya!). Sampai tingkat kecamatan tidak ada pungutan biaya, itu bagian dari hak penduduk.

tidak lupa terimakasihku pada Pa RW 02, aparat Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, dan teteh petugas Polwan Bandung Barat yang cantik, ramah, dan baik hati

Senin, 05 Mei 2008

Bandung Kamasyhur




Mangga Cobian,

bilih Panasaran

Peuyeum ti Bandung

heunteu Sambarangan

.......
Source : http://pop.blogsome.com
.....
....Peuyeum Bandung Kamasyur
Pangaosna teu luhur

Ku sadaya kagaleuh
Sepuh jeung murangkalih.
Promosi kota Bandung yang sudah dilakukan oleh Kang Nano S mengenai peuyeum (tape) yang terkenal ini melalui syair liriknya lama-lama akan pupus (mungkin), karena kata "peuyeum" ini sudah banyak diplesetkan syairnya dengan sesuatu yang lumayan tak senonoh yaitu "Bayur". dan sangkal tak disangkal fenomena ini sudah mendarah daging di Kota Bandung yang bermartabat ini. Gusti nu Agung
Kebetulan beberapa tempo kemarin saya pernah ke Bali bersama teman sepekerjaan. Singgahlah kami ke tempat-tempat yang memiliki pemandangan yang indah, sekitar Kuta lah. Betul-betul indah, bukan hanya pemandangan alam tetapi pemandangan "lain", senang sesaat, tetapi sedih sesaat. Pulau persinggahan suci para dewata ini mungkin sudah banyak ternoda, tapi syukurlah hanya di daerah pantai saja katanya. Kemudian Jalan-jalan sampai malampun tiba. Namun waktu itu, tiap kali kami melangkah (Hiperbolik), teman saya (inisial A N) seringakali ditawari:
" Taxi pa taxi,...,"
"ga"
" cewek pa, cewek"
" ga"
"ayam kampung, ayam boiler"
"?????"

Malam itu kami ingin mencari hiburan yang lain, yaitu karaoke, supaya ga susah kami naik taxi dong, penasaran kami membawa pada pertanyaan pada sang supir, ayam kampung dan ayam boiler itu apa, setelah mendapat keterangan dari beliau ternyata jawabannya sangat mengecewakan ayam kampung itu adalah PSK lokal, dan ayam boiler itu adalah PSK dari Jawa atau dari Bandung
--> Dari Bandung..., bukan Jawa Barat, bukan Badung (nama salah satu kecamatan di Bali) tapi Bandung. B A N D U N G. Begitu seantero jagatnya nama Bandung ini, bukan dari loteknya, surabi, atou peuyeumnya.. tapi dari "ceweknya".., kemudian si supir menceritakan dengan semangat dan vulgar, kemampuan apa saja yang dimiliki cewek Bandung pada umumnya serta harga rata-ratanya (tak lebih dari 5 digit).
Cerita lain lagi di Bandung, ketika pulang dari festival Braga tanggal 27 desember 2006. sekitar jam setengah 11 malam karena tidak ada angkot yang mengantarku pulang ke kampus, terpaksalah mengeluarkan banyak kocek untuk naik taxi . tanpa nana, tanpa ditanya, sang supir banyak bercerita hari ini sepi yang naik taxi karena ada tibum. Tibum??...(apa hubunganya?) ya soalnya ledies night pada kabur, tamu-tamu pada brenti berkunjung. Tamu-tamu ini kebanyakan dari luar kota, Jakarta, Padang dan 7 kota besar lainya yang sengaja ke bandung untuk merasakan putik dan benangsari bunga kota Bandung
Setelah beberapa kejadian beberapa video amatir yang tersebar luas dan dibahas di berbagai media cetak dan elektronik melibatkan nama Bandung dengan perlakuan esek-esek, tidak kalah eksis menjadi pembicaraan santai di setiap kalangan.
Geuleuh teu tah, secara kasar mungkin kota Bandung yang bermartabat ini sudah menjadi tempat BBS (buang-buang sperma)( uups. sory) dari laki-laki luar kota kita ini.
Saya pernah sesekali membayangkan betapa airtanah di kota ini sudah banyak terkontaminasi oleh hal-hal seperti itu. Tidak mustahil kalau kita minum dari air yang diambil dari airtanah yang terkontaminasi dari sperma yang terinfiltrasi ke dalam tanah.
Bagaimana bisa ridho kota ini kalo kita masih membiarkan nama dari kota ini begitu terkenal karena hal-hal yang tidak baik. Sampai saat ini kota ini masih adem, sejuk-sejuk agak panas, mulut gunung api Tangkuban Perahu masih menahan isi perutnya yang sudah muak karena tempatnya di pakai hal-hal kotor. (mudah-mudahan masih tahan kang Sangkuriang)